Selasa, 22 Februari 2011

'Wong ndesa' naik pesawat


                Sejak kecil saya selalu bisa bermimpi naik pesawat. Rasanya seru membayangkan kita berada didalam benda yang terbang di angkasa. Sewaktu saya kecil itu bagaikan mimpi. Boro-boro naik pesawat, naik bus ac aja jarang-jarang. Namun semakin ke sini, naik pesawat kok rasanya semakin mudah saja. Bahkan kadang harga pesawat sama kereta saja murah pesawat.  Apalagi sekarang muncul maskapai-maskapai baru yang saling perang tarif dan akhirnya menguntungkan kita juga, para penumpang. Dan karena kebaikan para maskapai itu, saya yang wong ndeso akhirnya bisa juga naik burung besi itu. Segudang pengalaman dari yang menyenangkan hingga yang aneh-aneh pernah saya alami.
                Saya ingat sekali pertama kali saya naik pesawat adalah ke Banjarmasin ke tempat teman saya. Waduh, sehari semalam rasanya saya nggak bisa tidur membayangkan besok bakalan terbang. Orang tua saya pun ikut heboh. Maklum, meski sudah mulai murah, masih lumayan jarang orang yang memilih menggunakan pesawat. Waktu itu saya berangkat dari Juanda Surabaya. Tiba di bandara masih jam 5 pagi. Saya pun semangat melihat-lihat bandara. Bahkan kamar mandinya saja saya kagum saking mewahnya. Akhirnya saya masuk pesawat dan melakukan hal-hal yang hampir pasti dilakukan orang yang pertama naik pesawat. Sudah pasti saya mengamati semua yang ada didalam kantung pesawat termasuk petunjuk keselamatan, kantung muntah, dan juga majalah serta brosur-brosur penawaran. Waktu para awak kabin memperagakan prosedur keselamatan pun saya dengan sangat seksama memperhatikan dan mencocokkan dengan apa yang ada di dalam gambar kartu keselamatan. Bahkan doa-doanya saya baca lengkap. Pokoknya seneng banget deh. Pulangnya juga sama. Masih seperti itu lagi. Tapi karena penerbangannya menggunakan maskapai beda, jadi ada plus makanannya. Rasanya bahagiaaaa banget deh jadi orang yang bisa terbang waktu itu hehehe.
                Semakin lama, saya semakin sering (ditraktir) naik pesawat. Jadi peragaan keselamatan dan macam-macamnya sudah mulai berkurang keasyikannya. Kecuali kalau mbak pramugarinya cantik dan tidak bermuka judes, naaahhh.. baru deh semangat. Tapi ada loh, pramugari yang cantik tapi judesnya minta ampun deh. Pernah saya suatu ketika pulang dari Malaysia, kebetulan agak terlalu mepet dengan waktu boarding. Jadi saya nggak sempat pilih nomor, dapetnya belakang. Entah kenapa waktu boarding nomor saya termasuk nomor yang dimasukkan ke pesawat lebih dulu. Dan ya ampun, judes banget deh mbaknya. Saya jadi heran… kok bisa gini sih pelayanannya? Selidik punya selidik, dengan penampilan saya yang lusuh waktu itu, saya dikira (sorry) pekerja Indonesia yang mau mudik. Jadi mbaknya judes banget. Sumpah deh…waktu itu saya sudah bertekad, ntar mau dibilangin sama pemimpin awak kabinnya. Tapi entah kenapa, gak tau ya, waktu nawarin makanan, dia ramaaaaaah banget. Sadar kali ya kalau kelakuan saya beda dengan teman-teman yang saling teriak dan pinjem pulpen sambil naik-naik ke kursi. Hehehe.. untung sadar. Dan pelayanannya jauuuuuh lebih sopan sama saya. Yaaa.. baiklah. Validitas tampang ternyata penting juga :D
BTW, sedikit ngomongin pahlawan devisa Indonesia, saya pernah loh terkecoh dengan penampilan. Waktu itu saya pulang dari Jakarta, dan di sebelah saya duduk wanita yang mungkin seumuran saya, dengan pakaian rapi dan pake wedges. Saya sih masih nggak ngeh sampai dia tiba-tiba angkat telepon. Padahal jelas-jelas sudah di dalam pesawat kan dilarang menyalakan telepon. Saya sih masih cuek. Terus waktu pesawat didorong mundur, dia ngangkat telpon lagi dan bilang masih baru mau berangkat. Dasar saya parno banget kalo pesawatnya kenapa-kenapa, saya tegor deh si mbak itu. “mbak, hpnya nggak dimatiin?”dengan cueknya dia bilang, “ oh, harus dimatiin ya?”. Kagetlah saya, “yaiya mbak, ini dah mau terbang”. Dan yang membuat saya bener-bener kaget, “ cara matiinya gimana ya mas, saya nggak bisa” hadeeeeh.. itu saya mulai panik. Soalnya kan bener kalo sinyal hape bisa bikin penerbangan jadi kacau. Karena panik, aku ambil hapenya dan aku cabut baterenya. Dan akhirnya sampai mendarat di Jogja, mbak nya juga masih membuat kejutan, “mas,nyalain hapenya gimana ya?” yaaaaaah…. Percuma dooonk punya hape, batinku….
                Maen sembunyi-sembunyian sama awak kabin juga pernah saya lakukan. Suatu ketika saya dan sodara sepupu saya terbang ke Bangkok dengan menggunakan pesawat yang katanya paling ekonomis. Bener sih tiketnya ekonomis. Tapi, rasa lapar di atas pesawat kan nggak bisa ditahan juga. 3 jam di kabin yang dingin lumayan bikin lapar juga. Adanya makan mie dalam kemasan yang harganya paling 3ribuan disitu jadi hampir 10 kali lipatnya. Berdasar pengalaman itu, kami sepakat buat menyelundupkan ayam McD ke dalam pesawat, dengan resiko kalau ketahuan sama pramugarinya, bakalan kena denda yang mahal. Karena kami sudah bertekad, akhirnya kami pesan mie itu satu. Terus kami makan secara giliran ayam McD itu dari mangkuk yang sudah kosong. Pertama sodara saya, kemudian setelah habis, mangkuknya pindah ke sebelahnya trus diisi ayam lagi, kemudian baru giliran saya yang terakhir. Makannya pun sembunyi-sembunyi. Haduh, berasa jadi penyelundup apaaa gitu, padahal Cuma makan ayam doang. kalau sekiranya ada pramugari yang mendekat, salah satu akan kasih kode lalu tutup mangkuknya ditutup dan ita pura-pura ngobrol. Dasar orang Indonesia ogah rugi J
                Pengalaman ogah rugi ketika naik pesawat itu keliatannya bakat deh dari keluarga saya. Waktu itu saya ke Bangkok akhir tahun 2008. Namanya juga pergi rame-rame, dan karena kebiasaan nenek moyang kami kalau liburan harus bawa makanan dan minuman, tante saya membawa minuman kaleng, soda, minuman kotak, sampai satu tas penuh. Di pengecekan barang terakhir, kami baru tahu kalau cairan tidak boleh masuk kabin di penerbangan internasional. Naaah.. bingunglah kami. Mau ditinggal kok rasanya sayang banget, mau dibawa nggak boleh, akhirnya karena ogah rugi, langsung aja deh semua pasukan diminta untuk menghabiskan minuman satu tas itu. Bodo amat diliatin penumpang laen sama petugas. Pokoknya udah beli ya harus minum. Alhasil di dalam pesawat, keluarga kami lah yang paling rajin menyambangi toilet pesawat.
                Salah satu pengalaman saya naik pesawat yang bikin agak takut adalah ketika saya ke Jakarta menggunakan maskapai yang sekarang sudah nggak ada. Waktu itu kebetulan cuaca lagi kurang baik. Biasanya sih kalau naik pesawat saya selalu daet cuaca yang baik. Nah waktu masuk turbulensi, saya pucet deh, berasa naik bus di jalan yang gak rata, naik turun gak jelas, dan dari jendela saya masih bisa melihat awan yang tebel banget dan juga kilatan petir. Haduh, berasa mau mati di atas deh. Mana bisanya kalua saya stress kan pelariannya makan. Nah karena Cuma dikasi minum, duuuh… tegangnya gak bisa teralihkan. Untungnya saya ngak kebelet pipis ato gimana. Kalau iya kan lebih repot lagi tuh makanya sejak saat itu, saya agak-agak takut kalau cuaca kurang baik. Meskipun kakka saya selalu menenangkan bahwa pesawat sudah dirancang untuk melewati turblensi, tetep aja hati ketar-ketir. Dan untungnya selamat deh sampai mendarat J

                Setelah pernah ditraktir naik pesawat dan mengamati kejadian-kejadian di dalam pesawat, ada beberapa hal yang mungkin bisa membantu meningkatkan kenyamanan kita naik pesawat
  • 1.       Perhatikan betul jadwal keberangkatan pesawat. Kalau masih di Indonesia dan rumahnya deket sama bandara mah berangkat mepet juga gak masalah. Apalagi kalau punya mobil pribadi. Biasanya kan check in buka dari 2 jam sebelum keberangkatan hingga 45 menit sebelumnya. Hal ini penting kalau kita menggunakan angkutan umum baik di dalam dan luar negeri. Saya pernah salah perhitungan waktu pertama naik bus bandara dari Blok M ke Soetta. Pesawat sih jam 6 pagi, dan saya berangkat jam setengah 4 pagi. Alhasil sampai bandara baru jam 4 lebih. Lumayan boring juga pagi-pagi buta gitu. Tapi lebih baik datang lebih awal jadi lebih santai. Saya pernah punya pengalaman harus lari maratom di Malaysia gara-gara saya salah perhitungan jadwal. Saya menggunakan KLIA Express untuk ke Bandara. Perhitungan saya, kereta yang akan saya tumpangi akan tepat datang di bandara sehingga sya tidak terlambat. Tapi saking tepatnya, saya justru terlambat  beberapa detik. Setelah saya dadah-dadah dengan sepupu saya, saya turun ke peron KLIA Express, dan di depan mata saya, pintu KLIAE tertutup. Pucatlah saya menunggu kereta selanjutnya yang berjarak 18 menit. Sampai di KLIA pun saya masih bingung harus mencari konter check in. Setelah ketemu, ini yang lupa saya perhitungkan, adalah antrian imigrasi. Haduuuh.. saya makin pucat. Setelah lolos, saya berlari mencari lajur aerotrain, kemudian berlari membawa backpack saya mencari gate, dan ternyata pesawatnya delay.. yaaah…. Tapi untunglah daripada telat meski saya keringetan habis.
  • 2.       Jangan berangkat mepet dengan jadwal. Selain jadwal pesawat, hal-hal kecil yang diperhatikan adalah antrian. Ya… antrian. Sekarang kita mulai dari pertama. Dari Check in. mending kalau kita nggak bawa bagasi, kalau bawa? Belum didepan kita orang bawa koper berasa mau pindah? Yang ada fragile lah, yang overweight lah, yang ini lah, yang itulah.. Sudah pasti akan lama. Itu juga kalau tiket kita tidak bermasalah. Saya pernah bermasalah di Singapura gara-gara tiket online saya menggunakan kartu debit kakak saya. Saya tidak dapat check in. dan untunglah saya selalu berangkat awal sehingga saya sempat mengontak kakak saya yang berada jauh di ujung barat singapura untuk datang dan membuktikan kartunya. Dan waktu itu saya merasa jadi tahanan deh… belum lagi antrian imigrasi. Jangan dibayangkan antrinya pendek. Bisa mengular deh sampe ngalahin antrian beras. Kalau kita terburu-buru jadinya nggak nyaman dan nggak bisa menikmati bandara deh. Kalau kejadian yang di Bangkok, kami yang berombongan cenderung datang awal, tetapi kita check in dengan nyaman dan dapat santai. Bahkan di Imigrasipun kita tenang-tenang meski di cek dan di scan berkali-kali.
  • 3.       Datang awal = pilih tempat duduk. Bagi orang-orang yang berkaki panjang dan berbadan lebar seperti saya, memilih kursi di bagian jendela atau pintu darurat itu sungguh suatu kenikmatan, kaki bisa selonjor, meski sandaran kursi tidak dapat dierbahkan. Tapi lumayanlah jadi gampang keluar masuk kalau mau ke toilet.  So, saya selalu berusaha datang awal untuk mengincar kursi ini.
  • 4.       Lebih baik buang air selagi ada kesempatan. Saya termasuk penggemar window seat. Meski tidak ada jendela darurat saya pasti milih duduk di dekat jendela meski itu belakang sendiri. Tapi tidak enaknya adalah, ketika saya ingin pipis, saya harus ‘mengusir’ dua orang yang duduk di sebelah saya. Kalau mereka lagi tidur kan nggak enak. Makanya usahakan pipis sebelum naik pesawat, atau kalau memang beser, dudulah di aisle. Saya pernah lupa pipis waktu naik first flight. Pagi-pagi dingin, saya duduk di window seat, dan dua orang disebelah saya tidur. Saya masih nahan pipis. Saya sih menunggu mereka bangun dan mau permisi ke toilet. Tapi entah kenapa nyenyak banget deh tidur mereka. Naah..tau-tau tanda sabuk pengaman sudah nyala dan pesawat mau mendarat di Yogyakarta. Saya sampai keluar air mata nahan pipis. Mau loncat ke kamar mandi, sudah harus pake sabuk pengaman jadi sudah nggak bisa. Saya mengalihkan pandangan keluar dan baru ngeh ternyata pesawat hanya berputar di satu tempat. Dan tiba-tiba pilot mengumumkan bahwa kita lagi antri mendarat jadi harus muter-muter dulu. Matilah saya…. Sampai mendarat saya masih berlinangan air mata. Setelah semua berdiri, saya keluar, lari ke toilet dan hampir pingsan melihat antrian toilet yang panjang banget… sampe ngilu rasanya….. sejak saat itu saya berusaha untuk pipis sebelum naik pesawat meskipun nggak kebelet pipis.
  • 5.       Matikan HP selama di dalam pesawat. Kadang saya sangat jengkel kalau masih ada saja yang suka sms-an atau telpon di dalam pesawat. Ini menunjukkan bahwa anda sangat egois dan (sedikit) bego! Jangan dikira hape dimatikan hanya ketika pesawat sudah mau terbang. Sinyal hape ternyata dapat menganggu sistem navigasi pesawat dan denger-denger ada sebuah pesawat yang masih mau berangkat tapi gara-gara ada sinyal hape, pesawat berjalan dan menabrak terminal. Belum lagi ketika menyentuh landasan, perhatikan deh, pasti ada saja yang langsung menyalakan hape dan bilang “sudah mendarat nih..” haduuuh.. sebel banget deh. Emang penting banget apa? Mending kalo mulus mendaratnya. Kalo itu bikin pesawat bablas kan repot. Terkadang kita suka tidak peduli dengan hal-hal kecil seperti menurunkan sandaran tangan, menegakkan kursi, melipat meja, membuka jendela, mengencangkan sabuk. Itu semua sudah ada standarnya dan dirancang untuk keselamatan penumpang. Makanya terkadang saya juga jengah kalau ada yang begitu mendarat langsung melepas sabuk pengaman. Tunggu bentar napa sih?? Emangnya Mau lompat dari pesawat? Yakin deh, kalau semua itu sudah ada maksud dan standarnya. Semua untuk kepentingan penumpang. So, jangan egois ya J kalau mau kena masalah atau kenapa-kenapa nggak usah ajak-ajak penumpang lain deh. Lu aja sendiri J Saya pernah sedikit bersitegang sama bapak-bapak yang masih aja telepon didalam pesawat ketika pesawatnya jalan. Waktu itu Saya baru lulus SMA dan masih penakut. Tapi daripada mati konyol mending saya tegor. Awalnya dia ngotot, untungnya ada mbak pramugari yang nyuruh matiin. Huff…
  • 6.       Pasrah, terutama bagi yang takut naik pesawat. Pada dasarnya pesawat sudah dirancang untuk segala kondisi cuaca. Kalau takut dengan turbulensi ya berdoa aja, dan bayangin kita lagi di jalan yang bergelombang. Lagi pula mau diapain juga kan kita ada di atas. Percaya sama pilot dan yang penting percaya sama Tuhan :)

Enjoy Your Flight! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar